White Torture, Sarana Penyiksaan yang Mengerikan
Apakah kamu tahu teknik penyiksaan sederhana namun ternyata sangat mengerikan? Ya, teknik penyiksaan ini bernama White Torture.
Apa yang kamu rasakan ketika berada dalam sebuah ruangan yang semuanya hanya berwarna putih? Mungkin awalnya kamu mengira itu hanya ruangan biasa dan tidak ada hal yang menakutkan.
Namun, jika kamu berada pada ruangan itu dalam waktu yang lama, saat itu hal buruk akan terjadi. Ruangan ini akan memberi efek yang luar biasa dan tak pernah kamu duga sebelumnya. Ruangan ini merupakan lambang kekurangan sensorik dan isolasi. Atau dalam kata lain ruangan itu akan menghapus rasa realitasmu.
Saat kamu berada didalamnya, kamu hanya melihat satu-satunya warna yaitu warna putih. Kamu tidak pernah diizinkan berbicara dengan siapa pun, makananmu adalah nasi putih, dan semua permukaannya itu halus.
White Torture adalah salah satu bentuk penyiksaan psikologis yang paling menghancurkan. Pemerintah dan institusi telah memperdebatkan metode penyiksaan ini selama berabad-abad.
Pertama kali dipelajari pada tahun 1951 sebagai cara yang memungkinkan pemerintah Inggris, Amerika, dan Kanada untuk mencuci otak tahanan. Penyiksaan White Torture terjadi ketika individu ditempatkan di daerah terbatas. Dengan akses yang sangat terkendali ke cahaya, suara, atau interaksi manusia.
Teknik ini meningkatkan kondisi gangguan psychological pada tahanan. Sehingga mereka menjadi putus asa dan mengalami gangguan-gangguan lain.
Hal terburuk dari White Torture
Keadaan di dalam ruangan putih dalam waktu yang lama akan membuat kamu kehilangan panca inderamu. Apakah hal itu akan membuatmu gila?
Pada tahun 1970-an, teroris Jerman bernama Astrid Proll dipenjara di ruang penyiksaan putih selama hampir 5 bulan. Selama waktu itu, ia mengalami halusinasi, kelaparan, dan disekuilibrium (keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi). Selain itu, mengalami gangguan insomnia, gemetar, dan bahkan kejang-kejang.
Setelah kunjungan ke kamarnya, ia tidak bisa memastikan waktu yang tepat. Ia bertanya-tanta apakah satu jam atau seminggu berlalu setelah hanya 30 menit. Saat ini sisi psikologismu akan dipermainkan.
Mahasiswa Iran Amir Fakhravar juga terjebak di ruang yang sama selama hampir setahun. Setelah masa pembebasannya, dia mengalami kesepian yang sangat kronis, dan bahkan tidak bisa mengenali wajah orang tuanya.
Sebuah studi pada tahun 2016 oleh John Leach, dari Excessive Environments Laboratory di College of Portsmouth. Menunjukkan kurangnya interaksi sosial untuk periode waktu yang lama. Hal itu menyebabkan para korban mengalami kesulitan dalam menentukan apa yang nyata dan apa yang tidak.
Sebagai makhluk sosial, otak manusia berjuang untuk beradaptasi dengan cara hidup yang terisolasi. Dan banyak orang akan mengalami gangguan psychological dengan konsekuensi psikologis permanen.
Bayangkan jika kamu ditempatkan di ruangan itu dengan waktu yang lama bahkan berbulan-bulan. Kamu akan mengalami kerusakan pikiran dan menyebabkan efek negatif dalam seumur hidup. Kamu akan kehilangan orang-orang yang pernah kamu kenal, keluargamu, pacarmu, bahkan dirimu sendiri.
Komentar
Posting Komentar